top of page
  • kukukuhokage


Tidak terdapat banyak film tindakan yang mulai dengan pahlawan Muslim mereka melaksanakan sholat subuh, tapi sebelum dikeluarkan ke 101 menit tiada henti memusnahkan muka, memusnahkan tempurung lutut, serta memusnahkan siku, The Raid Indonesia melaksanakan hal semacam itu, berikan penontonnya beberapa saat tenang aktor Iko Uwais melaksanakan fajar. Pirsawan selanjutnya bakal lihat kembali adegan ini dengan penuh kasih sayang jadi 1 kali dalam film hingar bingar ini saat mereka mempunyai waktu untuk mengontrol napas.


Alur Cerita The Raid


Ditembak untuk dikit lebih dari satu juta dolar, The Raid jadikan satu kembali team di belakang Merantau yang ramah tahun 2009 untuk satu film yang wakili lompatan besar ke depan dalam pendongeng, kapasitas, serta tehnik. Plotnya simple: team SWAT masuk project perumahan 15 lantai yang dipunyai oleh satu orang penguasa kejahatan, Tama (Ray Sahetapy), yang sarangnya terdapat di lantai teratas. Misi mereka yaitu untuk menetralkan gengnya, menangkapnya, serta keluar tidak dengan ditusuk, ditembak, ditendang keluar jendela, atau diambil oleh pasukan antek yang terlihat gak berbuntut di pimpin oleh Anjing Hilang ingatan hilang ingatan (Yayan Ruhian) serta yang indah, terdiri Andi (Doni Alamsyah). Serta, tentunya, seluruhnya berubah menjadi sangatlah salah.

Narasi ini terdengar gampang, tapi The Raid memperoleh score di banyak level sampai-sampai tidak bisa untuk dilewatkan. Peter Greenaway kerap mengerang kalau film sudah makin lebih dari novel masa ke-19 yang ditransfer ke film, yang diprioritaskan untuk narasi serta sifat. Buster Keaton, Jacques Tati, serta Jackie Chan membuat film-film yang memprioritaskan kapasitas dibanding plot, sejumlah mengorbankan kenikmatan cerita untuk kenikmatan memamerkan ketrampilan semata-mata. Fans balet tidak pergi untuk lihat Swan Lake untuk narasi, mereka menontonnya untuk lihat kapabilitas banyak penari. Melalui langkah yang sama, kenapa film harus di pandang rendah lantaran memprioritaskan tinju terbaik?


Efek Film Yang Memukau


Prize kecepatan serta efek, The Raid dibuka jadi sekumpulan setpieces beresiko tinggi menghadirkan silat, seni bela diri asli Indonesia. Pada suatu barisan semacam itu, Rama (Iko Uwais) bawa satu orang relasi yang terluka di koridor yang tenang saat mendadak satu orang preman meledak dari balik pintu. Tidak lama sehabis ia dikirim dengan sekumpulan kunci bersama dengan sadis dari lainnya nampak, lalu lainnya, lalu dua sekalian, lalu tiga, serta sebelum Anda kenal itu lorong selutut di badan yang rusak. Fokusnya yaitu pada keanggunan serta keahlian, kecepatan koreografi yang menyala-nyala, serta kepanikan pribadi yang dimasukkan banyak pemain ke perlawanan mereka.


Perhatian pada kecepatan, kedekatan, serta ekonomi ini terambil ke cerita, yang memajukan film dengan tunjukkan siapa pembawaannya, dibanding menceritakannya. Yayan Ruhian, satu orang guru silat filosofis yang tingginya hampir lima kaki, memainkan peran Mad Dog yang kejam, serta tunjukkan begitu ia menyintai kerjaannya dengan menggunakan sejumlah besar film sejajar dengan lantai serta memantul ke dinding. Joe Taslim, bekas juara judo, berkelahi seperti ia di atas ring, semua kapabilitas serta bangsawan, yang sangat mungkin nasibnya bawa berat yang sungguh-sungguh ironis. Di tengahnya itu semua yaitu Rama, satu orang anak Muslim yang patuh serta sopan yang sikapnya baik-baik saja perlahan di hilangkan oleh keputus-asaan, sampai cuma keselamatan, bukan keselamatan, yang penting.


Hasil Kerja Keras Iko Uwais


Hollywood sangatlah tidak sesuai untuk menghasilkan film sensasi saat-saat ini. Talenta kerja terlepas, berganti dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain, serta jarang-jarang ada waktu latihan atau hari-hari pemungutan gambar untuk membuat keyakinan di antara sutradara, editor, koreografer, serta aktor yang diperlukan oleh film tindakan hebat. Tetapi Gareth Evans, Iko Uwais, serta Ruhian ambil semua waktu yang mereka perlukan untuk melakukan perbaikan (enam bulan latihan serta tiga bulan penembakan). Kontinuitas kerja mereka sudah sangat mungkin mereka untuk membuat tingkat keyakinan yang sangat mungkin mereka memajukan brand fisik sinematik mereka lebih jauh ke depan. Hasilnya bukan kesenangan bersalah, atau film tindakan B-list, tetapi pengalaman sinematik murni yang, dalam semua perihal, terengah-engah.

10 views1 comment
bottom of page